"Gigit!" seru Niel pada seorang anak laki-laki berkaca mata tebal sambil menyodorkan burger yang telah jatuh ketanah pada mulut anak laki-laki itu. "Buka mulut mu, dungu!" seru Niel lagi sambil mencengkram ranhang anak laki-laki itu hingga mulutnya terbuka. Teman-teman Niel hanya melihat ketua –Geng- mereka membully dengan seenak hatinya, dan yang mereka lakukan adalah tertawa-tawa kecil tidak jelas. Saat mereka sedang asik dengan kegiatan rutin mereka di rooftop sekolah, tiba-tiba suara seorang anak perempuan membuat semuanya berhenti.
"Hey, kalian sedang apa?" Tanya anak perempuan itu dengan tatapan biasa-biasa aja.
"Siapa kau?!" Tanya Niel dengan nada tinggi, membuat anak perempuan itu mengerutkan alisnya
"Ruru" jawab anak perempuan itu.
"Pergi sana!" seru salah seroang teman Niel.
"Oh, baiklah" sahut Ruru dan pergi.
Niel melepaskan cengkramannya pada anak laki-laki berkaca mata tebal itu dan mengisyaratkannya untuk pergi. Diapun merapihkan bajunya yang berantakan.
"Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya" ujar Niel.
"Ya. Karena dia memang murid baru. Dia berasal dari jepang" jelas Changjoo.
"Wow, bagaimana kau bisa tau, Changjoo?" Tanya Niel dengan nada menggelikan. Changjoo memutar bola matanya, "Tentu saja. Dia di kelasku"
***
Nisyoo keluar dari toilet lantai 3 dengan senyum sumringah di bibirnya karena akhirnya.. dia bisa lega setelah salah makan makanan. Saat ia hendak menuruni tangga, seorang anak perempuan turun dari arah rooftop.
"Hey, tunggu sebentar" seru Nisyoo dan membuat anak perempuan itu menoleh.
"Ya? Ada apa?" Tanya Ruru saat seseorang memanggilnya, okay untuk mungkin 2 minggu kedepan dia sabar tidak di panggil dengan namanya, karena dia anak baru tapi tidak minggu depannya lagi.
"Siapa namamu? Dan apa yang kau lakukan di rooftop?" Tanya Nisyoo tanpa peduli mereka kenal atau tidak. Ruru menaikkan sebelah alisnya, sedikit aneh kenapa orang asing didepannya ingin tahu apa yang dilakukannya.
"Nama ku Ruru. Aku hanya menghabiskan waktu istirahatku di rooftop karena aku belum mengenal banyak orang di sekolah ini" jelas Ruru, dia harus sopan bukan kepada orang asing?.
"Oh, baiklah. sebaiknya kau jangan sendirian ke sana, karena biasanya anak nakal tukang bully itu disana. Kau masih baru disini, jadi sebaiknya hindari mereka" jelas Nisyoo tersenyum pada Ruru dan hendak meninggalkannya.
"Kenapa kau peduli?" Tanya Ruru saat Nisyoo sudah berjalan turun beberapa anak tangga.
Nisyoo menoleh sebentar lalu menlanjutkan langkahnya, "Karena aku anggota komite disiplin!"
***
Nisyoo berjalan cepat berlari kecil dipinggir lapangan sambil membawa kertas print-annya yang dia anggap begitu penting karena itu bernilai tugasnya. Dia hampir saja kehilangan semua nilai itu hanya karena dia lupa ngeprint. Namun, sepertinya ini adalah haru kesialannya. Saat dia hendak menghindari genangan air, tiba-tiba saja bola basket melayang kearah kertas-kertas berharganya dan membuat kertas itu sukses berjatuhan kearah genangan air.
Nisyoo hanya diam tidak bergerak dan melihat kearah kertas-kertasnya yang biarpun diselamatkan saat itu juga akan percuma. Suara langkah kaki mendekat kearahnya.
"Ups, sorry ya. Ngga sengaja" ujar suara itu, membuat Nisyoo menoleh dan mendapati wajah kakak kelasnya yang berlagak seolah kertas itu tidak penting. Okay, harus di akui. Kakak kelas ini, Suga. Manis, good looking, and perfect. Tapi, semua itu tidak bukan masalah untuk orang membencinya, kan?.
Saat mulut Nisyo barus saja terbuka hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba bel masuk berbunyi. Membuatnya ingin menjerit dan pulang. Tapi, image tetap nomer 1 buat Nisyoo.
Nisyoo menarik nafas dalam, sebelum akhirnya menatap Suga dengan sinis. "Bola basket, sita selama 1 minggu. Dan kamu, dilarang main basket selama 1 minggu di lapangan ini, selama jam istirahat"
"What?! Hello, gimana bisa kaa-" penekanan kata 'kamu' harus Suga batalkan karena anak perempuan didepannya mengatakan "Surat resminya, silahkan ditunggu sebelum pulang sekolah" dengan santainya lalu meninggalkannya dan tidak lupa membawa bola basket Suga.
"He-" sekali lagi, saat Suga berbicara dipotong, tapi kali ini oleh temannya.
"Suga, pelajaran mau dimulai.. cepet!" seru Namjoon.
"Ck, iyaa"
***
Ruru menonton adegan dimana anak perempuan yang tadi bertemu dengannya di lantai 3 sepertinya bertengkar dengan anak laki-laki yang membuat semua kertasnya jatuh ke genenangan air, yang berakhir dengan anak perempuan itu membawa pergi bola basket yang harusnya milik anak laki-laki itu.
"Apa dia menyitanya?" gumam Ruru, diapun mengalihkan pandangannya pada anak laki-laki yang berada di tengah lapangan. "Siapa.. dia?" gumam Ruru sendiri sambil menyipitkan matanya. Aneh, dia penasaran. Jarang sekali dia penasaran dengan sesuatu.
"Hey, sedang apa kau disini, Ruru? Bel, sudah bunyi apa kau tidak mendengarnya?" seru seseorang sambil menepuk bahunya. Saat dia menoleh ternyata itu Shika, teman sekelasnya.
"Ah? Tidak. Aku hanya penasaran pada dia." ujar Ruru sambil menunjuk dua anak laki-laki yang berjalan menuju gedung kelas 12 "Kenapa kau bertanya? Apa kau juga anggota komite disiplin sekolah ini?" Tanya balik Ruru.
"Oh, mereka kelas 12. Namanya Suga dan Namjoon, mereka rapper" jelas Shika, diapun menoleh kekanan dan kekiri. "Ohya, dan aku bukan anggota komite disiplin. Jadi sebelum mereka lihat ayo cepat masuk kelas" ujar Shika lalu berjalan duluan meninggalkan Ruru.
"Ahya.. baiklah" ujar Ruru asal-asalan.
***
Ruru dan Shika sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, yaitu download apapun yang mereka bisa selama jam kosong. Teman sekelasnya pun juga tidak menghiraukan tugas yang diberikan guru piket, mereka semua sibuk bercanda, berlari kesana-kemari membuat meja berantakan dan berteriak-teriak tidak jelas.
"Hey, Shika" panggil Ruru tanpa menoleh.
"Hmm?" sahut Shika juga tanpa menoleh, namun Ruru tidak melanjutkan maksud panggilannya. Shika pun menghela nafas dan menoleh. "Ada apa?" Tanyanya.
"Uhm, apa selalu seperti ini jika jam pelajaran kosong?" Tanya Ruru.
"Tentu tidak. Kebetulan saja, tugasnya sepele jadi malas mengerjakannya" jelas Shika dan hendak kembali ke laptopnya.
"Apa selalu seperti ini kalau tugasnya sepele?" Tanya Ruru lagi, kali ini dia mengshutdown laptopnya.
"Haduuh, ternyata kau berisik juga ya? Tentu tidak. Jika komite disiplin sedang patroli pasti tidak seperti inilah" ujar Shika, dan tepat pada saat itu juga pintu kaca kelas mereka digeser dan masuklah 4 orang anggota komite disiplin. "Panjang umur" gumam Shika, anak kelas serentak menghentikan aksi gila mereka dan bergegas duduk di bangku masing-masing.
"Anak itu, siapa namanya" Tanya Ruru sambil menunjuk kearah anak perempuan yang menyuruh temannya memeriksa atribut serta menggeledah tas jika ada sesuatu yang sharusnya tidak dibawa oleh seorang pelajar.
"Oh, itu Anisyoo" jawab Shika.
Giliran Shika dan Ruru diperiksa, mereka lolos dari pemeriksaan tas tapi Ruru tidak lolos dari pemeriksaan atribut sesdangkan Shika tidak lolos karena laptopnya. Laptop tidak dilarang, tapi membuka situs jejaring sosial yang tidak ada hubungannya dengan sekolah adalah terlarang.
"Stalker sebaiknya jangan disekolah" ujar anak perempuan anggota komite disiplin yang memeriksa Shika dan Ruru. Wajahnya terlihat benar-benar menantang.
"Ck, bukankah kau sendiri juga stalker? Minah yang disiplin?" sahut Shika tak kalah menantang. Ruru yang memperhatikan Shika dan anak yang di sebut Minah itu dari sudut matanya hanya mengangkat sebelah alisnya, pertanda dia tidak mengerti.
"Okay, bagi anak-anak yang nanti namanya disebut oleh Hakyeon dilarang meninggalkan sekolah karena kalian harus berkumpul di lapangan olahraga. Jika ada yang ingin kabur, silahkan terima resikonya" ujar Anisyoo didepan kelas Ruru dan Shika, kemudian meninggalkan ketiga rekannya.
"Hmm? Apa resikonya?" Tanya Ruru, jujur dia bukan orang yang suka bertanya tapi, untuk adabtasi di sekolah barunya sepertinya dia harus mulai menyukai bertanya.
"Minus 30 point, di 4 UH pelajaran wajib" jawab Shika santai. Awalnya Ruru hanya bergumam 'Oh' tapi saat dia sadar betapa kejamnya peraturan itu dia langsung menoleh lagi dan berkata "Wh- What?"
Komentar
Posting Komentar