Mereka bilang, rupamu begitu rupawan. Akuㅡ yang buruk rupa tidaklah pantas mencari sebuah perhatian.
Mereka bilang sikapmu adalah cerminan sang dermawan. Laluㅡ aku yang nampak begitu berantakan tidaklah pantas meminta sebuah balasan perasaan.
Mereka bilang, tuturmu begitu santun dan anggun. Diriku yang sebegini urakan, tidaklah pantas bersanding bersamamu dipelaminan.
Mereka bilang, cinta itu tak mengenal kasta dan juga kehormatan. Dan aku ㅡseorang pujangga penuh khayalan, tidaklah cocok meminta sebuah pengorbanan.
Mereka menghardik begitu hebat dengan luapan ketidakpatutan yang terlontar begitu lantang, mengabaikan luapan kasih sayangku yang begitu menguar.
Mengacuhkan lautan cintaku yang bergelombang sedemikian dahsyatnya. Mereka menatap penuh tuduhan, mencemooh penuh kebencian, dan mengusir penuh kesenangan.
Ku lihat disana kau terdiam, nampak enggan beranjak dan menerjangku dengan sebuah pelukan.
Termenung, seolah menungguku berlari kearahmu. Padahal kau tahu betul, kita terpisahkan oleh berjuta ranjau.
Hatiku berdenyut sakit, menatap tatapan matamu yang penuh luka namun juga kelegaan yang entah apa artinya.
Membuat berjuta sel otakku meronta penuh pertanyaan, tentang haruskah aku bertahan untuk menyakiti ㅡatau bahkan melepaskan untuk kembali meradang.
Namun setelah itu, disinilah aku. Menjadi pecundang jalanan dengan kawanan binatang jalang.
Tertanda:
Pujangga pejuang luka.
Pujangga pejuang luka.
26/11/2017. Muff
Komentar
Posting Komentar