Obsesi! chapter 3 (fanfic Justin Bieber)

HAPPY READING~

~~~~~~~~~~~~~~~
SEBELUMNYA....

“bunuh aku tanpa kau menyakiti siapapun” entah kenapa aku mengeluarkan kata-kata itu, aku hanya ingin mengatakan nya.

    “Ve” aku menoleh saat suara pemuda yg ku kenal memasuki pendengaran ku, ternyata benar itu Justin. Kemana saja dia ? saat sudah seperti ini dia baru muncul.

    “AKU AKAN MEMBUNUH MU” gadis itu semakin mendekat, aku tidak bergerak sedikit pun. Yg aku lakukan hanya diam dengan mata yg menatap tajam kearah gadis itu

********
CHAP 3...



   “semua nya bubar, ini hanya permainan !! BUBAR SEMUA” aku mendengar Justin berteriak ke arah mahasiswa yg lain nya, aku tidak menoleh sedikit pun, sebenar nya aku takut dengan semua ini. Bagaimana jika aku mati ?

  
   “bunuh aku sekarang lalu pergi ! jangan ganggu teman-teman ku”

   “kau tahu aku rupa nya Ve, pengetahuan mu tentang Another City dan hotel ini begitu mengagumkan” gadis itu merancau sambil terus mendekat

   “apa kau percaya bahwa gadis ini benar-benar ingin membunuh mu?” aku mendengar suara bisikan dari Justin

        Ada apa dengan nya ? apa dia tidak merasa takut dengan yg terjadi sekarang ? aku sedang ingin di bunuh, namun dia mempertanyakan hal yg tidak penting begitu.

     “good Justin, mengapa kau bertanya seperti itu, suasana ini jadi tidak menegangkan lagi” Hell, ada apa ini ? mengapa gadis itu mengatakan itu ? apa aku sedang di permainkan disini ?

     “biar lah, seperti nya adegan seperti itu tidak cukup bagus untuk nya” kenapa sih? aku menatap mereka berdua dengan tatapan menyelidik, aku tahu satu hal. Bahwa seorang Justin Bieber itu benar-benar menyebalkan, aku harus berhati-hati untuk tidak masuk tipuan nya lagi.

     “hmm”

        Aku kesal dengan Justin, dan gadis itu yg entah siapa nama nya. Seenak nya saja mempermainkan ku, aku melangkah kan kaki ku untuk menjauh dari mereka berdua.

    “VE” Aku mendengar Justin meneriakan nama ku berkali-kali, sungguh aku tidak perduli dengan teriakan nya itu.
  
JUSTIN BIEBER ...

     “VE”

        Aku berteriak memanggil gadis itu berkali-kali, tapi gadis itu tetap tidak merespon teriakkan ku. Apa dia marah ? Gezzzz... apa perduli ku dengan nya ? akhir nya ku biar kan gadis itu pergi, gadis yg bekerjasama dengan ku tadi bernama Angel Pieters. Dia sahabat ku sejak Junior Hight School, Angel sudah pergi dari hadapan ku dan aku berniat untuk mencari Ve.

   Karena aku bukan lah laki-laki yg tidak bertanggung jawab, tugas ku adalah mendampingi Ve sampai acara ini selesai. Walaupun aku sempat berfikir kalau gadis itu tidak membutuhkan perlindungan apapun dari ku, namun aku mengingat apa yg terjadi pada nya saat pertama kali kita semua sampai di sini.

     Aku terus berjalan untuk mencari Ve, dan akhir nya aku menemukan nya. Gadis itu sedang duduk di bawah pohon pinus yg cukup besar, Ve sangat cantik dan manis saat seperti itu. Ku fikir ia adalah gadis yg polos dan cuek, seketika aku sadar dari lamunan ku saat tiba-tiba hujan turun. Ini aneh sekali, sepertinya tadi langit nya sangat cerah dan kenapa sekarang tiba-tiba bisa hujan sebesar ini.

     Aku berlari ke arah Ve yg terkejut karena hujan yg datang tiba-tiba, tampak nya ia akan berlari menuju kamarnya.

   “hujan nya lebat Ve” aku menahan lengan nya dan dia menoleh ke arah ku lalu menghempaskan tangan ku dari lengan nya dan duduk kembali seperti semula, aku mengikuti duduk di sebelah nya.


     Keheningan terjadi sejak tadi, dan hujan tidak juga mereda. Aku menoleh ke arah gadis itu yg sedang membaca novel nya, lalu aku mendesah karena aku bosan dengan suasana hening seperti ini.


     “ada apa Just?” aku menoleh kembali ke pada Ve, ku kira ia menoleh ke arah ku juga. Tapi ia tetap memandang novel nya itu

     “apa yg sedang kau baca ?”

     “novel” dia mengatakan nya singkat tanpa melihat ku sedikit pun

     “berhenti membaca novel mu itu, kau tahu ? kalau kau terus membaca nya kau akan membuat nya basah” ku lihat dia langsung memasukan novel nya ke dalam tas, dan menoleh ke arah ku. ASTAGA, dia cantik sekali.

        Aku menggelengkan kepala ku untuk menghilangkan fikiran aneh itu, ada apa dengan ku ? aku tidak sedang memuji nya kan ? oh ayolah dia hanya gadis yg terlalu sombong, dia selalu cuek kepada siapa pun. Sungguh aneh, jika saja ia seorang lelaki itu pasti sangat cool dan tampan. Namun dia seorang gadis, jadi menurut ku seharus nya dia mempunyai sikap anggun dan manis.

     “apa kau membawa jaket ?” ku dengar suara nya gemetar, oh dia kedinginan.

    “tidak” aku menatap nya terus, wajah nya cantik dan tidak membosan kan untuk terus di pandang.

      Dia mulai menggigil, dan melipat kedua kaki nya untuk di peluk. Wajah nya begitu pucat, aku menyentuh pipinya yg dingin lalu ia menoleh dengan wajah datar. Aku tersenyum pada nya dan aku mulai mendekat kan tubuh ku ke tubuh nya

JESSICA VERANDA ...

    Aku menggigil karena air hujan yg sangat dingin ini, aku sungguh benci air hujan. Karena air ini sudah membuat ku lemah di depan seorang Justin Bieber. Ku rasakan kehangatan mengalir di pipiku, dan ada getaran di dalam tubuh ini saat aku mengetahui kalau tangan itu adalah tangan milik Justin. Aku menoleh ke arah nya, dan dia tersenyum pada ku.

     Justin mendekat ke arah ku, aku tidak bisa bergerak karena seketika perutku seperti di lilit oleh listrik. Sungguh aku ingin berlari sekencang-kencang nya dan menjauh dari Justin karena aku akan terlihat bodoh jika terus di dekat nya

     “kemarilah” dia semakin mendekat kan tubuh nya ke tubuh ku, aku menelan ludah ku saat dia menggenggam telapak tangan ku yg dingin. Aku merasa hangat sekarang, mengapa tangan nya bisa sehangat ini ?

    “aku tidak membutuhkan tangan mu” dia menautkan kedua alis nya setelah mendengar kata-kata yg keluar dari mulut ku, lalu dia menarik tangan nya dari tangan ku.

     Ada apa dengan ku ? aku menginginkan nya, aku sangat membutuhkan tangan itu. Namun aku harus tetap bersikap kuat di depan Justin, karena aku tidak ingin di remehkan oleh nya. Ku alihkan pandangan ku ke arah langit yg cerah, ada apa sih dengan hari ini ? langit begitu cerah namun kenapa bisa hujan sederas ini ? dan yg sangat menyebalkan lagi adalah hujan ini tidak berhenti.

     Aku menoleh ke arah Justin, ku lihat ia lagi memejamkan mata nya. Apakah Justin sedang tidur ? ah.. wajah nya sangat tampan jika sedang seperti itu, geezzzz ada apa dengan mu Ve ? apa kau baru saja memuji wajah pemuda menyebalkan itu ?

      “apa” aku tersentak dari lamunan ku saat aku menangkap suara yg tidak asing bagi ku, yahh tentu saja pasti suara Justin. Memang siapa lagi yg ada disini kalau bukan aku dan Justin? Huh menyebalkan

    “tidak” aku mencoba untuk melakukan hal yg sama seperti Justin, memejamkan mataku lalu menyenderkan kepala ku di pohon.

      “lebih baik kau bersender di sini” aku membuka mata ku kembali ketika tangan nya sudah memegang kepala ku dan menaruh di dadanya, sangat nyaman yg ku rasakan saat ini.

      Aku pejam kan mata ku kembali, dan ku rasakan tangan nya mulai menyentuh tangan ku dan di letakan di pinggang nya, lalu menggenggam tangan ku yg satu.

   “terkadang kau harus ingat kalau kau itu membutuh kan orang lain” aku tidak membalas kata-kata nya, aku hanya memejamkan mataku menikmati kehangatan dan kenyamanan yg mengalir di tubuh ku.

      Ku rasa aku mulai terlelap, namun tidak saat aku mulai melihat seorang pria yg tidak asing bagi ku, wajah nya memperlihatkan kebencian namun ada pula kekhawatiran. Aku mendekatinya lalu ia langsung memeluk ku erat, ada apa ? aku ingin bertanya namun tiba-tiba ia menarik tangan ku dan berlari, aku sudah lelah untuk berlari karena ku rasa ini sudah cukup jauh dari tempat kami semula.

     “hei” aku menghempas kan tangan nya, lalu berhenti untuk mengambil nafas . “ada apa?” aku bertanya pada pemuda itu, dan aku ingat sekarang. Pemuda itu adalah Taylor Lautner, loh ada apa ini ? mengapa Mr. Lautner memeluk ku, lalu menarik ku untuk berlari.

    “Mr. Lautner ada apa dengan mu ?” aku sempat bergidik saat aku mengetahui ternyata yg tadi memeluk ku adalah Mr. Lautner bagaimana tidak ? Mr. Lautner terkenal sebagai dosen galak yg tidak pernah bisa mentolelir kesalan sekecil apapun.

      “maaf ya Mr. Lautner bisa kah anda berbicara ?” aku mulai geram karena si dosen yg aneh ini tidak membalas pertanyaan ku sejak tadi

      “diam dan ikuti saja aku” aku mengangkat satu alis ku, Mr. Lautner kembali menarik tangan ku. Dan aku pun menghempaskan tangan nya lagi “jangan membantah Mrs. Hauwle”

      “aku tidak ingin ikut dengan mu” aku membalik kan badan ku berniat untuk pergi dari hadapan nya. Sampai tangan ku kembali di tarik dengan kasar oleh nya “don’t touch me” aku menarik tangan ku dan menatap Mr. Lautner dengan tatapan benci sekaligus muak

      “kau yg menginginkan nya, jadi jangan salah kan aku jika aku berbuat kasar padamu” aku memutar bola mataku “ikuti aku atau kau akan ku perlakukan kasar”

      “tidak akan pernah” aku menatap nya tajam, sejenak aku berfikir. Bukan kah ia tadi bersikap sangan lembut dan baik padaku, tapi mengapa ia menjadi seperti ini ? sungguh aneh.


~~~~~~~~
Tunggu Chapter 4 nya yaa...

sekilas info: agar tidak bolak-balik mengecek update cerita ini, lebih baik kalian klik langganan dengan akun gmail kalian. Jadi jika cerita ini sudah ada kelanjutannya kalian akan mendapatkan notifikasinya di akun gmail kalian

Komentar

Bacaan Populer!